Ketika itu aku menuju ke arah cahaya, yang sekilas terlihat menerangi sekitar tempat yang gelap tersebut. Langkah kuda kecilku sudah mulai terseok-seok karena yang kita temukan di sekeliling hanyalah salju dan ranting pohon yang kering. Aku menuntunnya perlahan memasuki suasana yang gelap, dan ku buka wadah minum ku lalu ku cari beberapa tetes untuk ku tenggak. Kaki ku terasa beku setelah berjalan ber jam-jam mengelilingi lingkup pepohonan ini. Suram dan hampa, mungkin hanya perasaan itu yang aku tahu sekarang. Aku tak menemukan hal yang bisa membuatku sekedar kagum di sini. Kembali ku naik ke pundak kuda kecil ku yang masih terlihat kuat, meski langkahnya tak setegap sebelumnya. Berjalan dan terus berjalan, mungkin hanya itu yang terlintas di pikiranku sekarang.
Tak terasa matahari sudah menampakkan cahaya gelapnya, tiba-tiba terdengar suara lonceng yang berbunyi, bahkan terdengar serasa di dekatku. Suara itu sungguh mengganggu, aku menoleh dan mencari asal suara yang mengganggu itu. Ketika aku lelah dan berhenti mencari, suara itu pun turut hilang. Aku merasa sedikit nyaman dengan itu, akan tetapi ketika aku ingin melanjutkan langkah kaki ku, suara itu pun kembali terdengar. Semakin aku berjalan cepat dan berlari, semakin keras pula suara yang terdengar di kedua sisi daun telingaku. Kuda yang aku tumpangi berasa merasakan hal yang sama yang aku alami, kuda ku pun ikut mengkikik kencang ketika aku menyuruhnya untuk berjalan lebih cepat. Terperanjat dan tak terkendalikan, akhirnya aku di gulingkan oleh satu-satunya sahabat kaki empat ku itu.
Kembali aku mencoba bangkit dari tumpukan salju yang begitu kaku untuk aku pegang. Aku berdiri dan kawan ku satu-satunya itu tak bereaksi apa-apa, dia diam seakan tidak pernah merasakan apa-apa. Semua kosong dan begitu indah ketika aku tak harus mendengarkan suara ribut itu lagi. Matahari sudah berganti tugas dengan rival nya yang lain. Ya aku merasa ini semakin gelap, namun cahaya itu masih nampak sedikit dari balik pohon dan semak - semak itu. Besok sajalah aku akan mencari itu, pinta ku dalam hati. Aku mencoba mengumpulkan kayu – kayu yang kering lalu ku bakarnya dengan sedikit memercikkan sisa alkohol ku. Sekarang aku dan kawan kaki empat ku sedikit lebih nyaman dan mulai terbiasa dengan hal ini.
Esok paginya aku benar-benar merasa nyaman. Pagi itu begitu indah, banyak salju yang mencair dari pohon – pohon, hingga banyak pohon kembali menampakkan daun hijaunya. Matahari kembali menampakkan wajah cerianya, yang seakan kembali memberiku semangat atas apa yang aku alami sebelumnya. Tak ada yang berbeda memang, kuda ku tetaplah kuda kecil yang berkaki empat, dan aku tetaplah seorang aku yang tahu segala kelebihanku. Tapi aku merasakan hal yang tak sama di sekelilingku, semua terasa menyambutku dengan cara mereka masing – masing. Paling tidak aku sedikit merasa lebih baik dan baik di pagi yang berlalu cepat kali ini.