Ketika aku sudah mulai berjalan normal dan mengikuti arus, dan ketika aku sudah mulai berdiri dan mencoba melangkah mengikuti angin. Ketika itu pula aku menemukan bayak hal yang tak biasa dalam hidupku. Hidupku banyak aku mulai dengan hal yang memang banyak berbeda dari sekian banyak orang, aku hanya ingin aku beda tanpa menyalahi aturan aturan yang berwajib. Aku berjalan mengikuti arus dan aku tersandung oleh pecahan-pecahan beling kecil yang perlahan membuat kaki ku mengeluarkan cairan kental berwarna merahnya.
Aku tak begitu tahu dan tak mempedulikan itu, ku terus melangkah dan mencoba melupakannya. Tapi dari situ aku tersadar, ternyata langkahku itu membuat sesuatu kesalahan, aku tak berhenti dan aku melihat sudah semakin banyak darah yang mengiringi langkah di belakangku. Tak apalah, aku lebih baik berjalan dengan kaki berlumur darah daripada hati yang terbakar.
Terlintas aku membayangkan, aku bersalah bukan karena aku tidak berhenti melangkah, melainkan aku bersalah karena aku menginjak pecahan beling itu. Aku meminta maaf kepada pecahan dan serpihan beling itu, aku salah sudah melukai nya karena injakan yang tak kuhentikan tadi. Tapi aku tahu itu percuma, karena beling-beling itu tidak akan mendengarkan aku dengan segudang kata penyesalanku dan janjiku untuk tidak menginjaknya lagi. Semua percuma. Beling-beling yang tadinya melukaiku kini berpindah jadi rasa sesalku.
Sekarang aku mencoba untuk merasakannya, ketika aku tahu di sisi kelam ku yang paling dalam. Aku merasakan kaki yang menderita dan hati yang terbakar. Di saat beling itu sudah mulai tersapu oleh angin. Rasa yang aku rasakan ini tak kurang seperti beling itu, yang sebelumnya adalah sekotak cermin tipis yang utuh dan di jatuhkan nya dari gedung bertingkat tujuh. Down and Broken!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar