Aku
ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti udara, tak begitu terasa, namun
begitu berharga di setiap hembusan nafas di raga. Aku tak ingin mengibaratkanmu
dengan bidadari, bidadari itu bersayap dan bisa terbang kapanpun dia mau, aku
tak mau kamu punya sayap dan terbang meninggalkanku kapanpun itu. Tak juga
dengan bulan maupun bintang, seperti yang banyak di umbar beratus pasangan di
sana. Bintang dan bulan itu hanya pelengkap keindahan gelapnya malam.
Bersajakku
dalam kesepian, bernyanyiku dalam keramaian. Kalau memang ada hal yang lebih
indah dari jatuh cinta, aku yakin jatuh cinta itu bukan untukmu. Memang benar, hal yang paling percuma di dunia
ini adalah menasehati orang yang jatuh cinta. Dan kamu akan melakukan hal
percuma itu kalau kamu ingin menasehatiku untuk saat ini.
Jatuh
cinta itu bukan seperti bunga mawar, jatuh cinta itu seperti bunga melati. Andai
melati tak berpisah dengan durinya, mungkin kini ia akan menjadi saingan
terberat sang mawar.
Jatuh
cinta itu bukan seperti bintang, tak juga seperti bulan. Karena kita bisa
melihatnya di setiap malam. Namun jatuh cinta itu pelangi, kita jarang
melihatnya namun begitu indah.
Jika
cinta itu pohon, cintaku kepadamu ialah pohon kelapa. Tumbuh ke atas tanpa
bercabang.
Kalau
cinta adalah kehidupan. Cinta lah satu-satunya kehidupan yang tidak ada
kesedihan. Bagaimana dengan rindu? Bukankah rindu itu menyakitkan ketika dua
insan yang jatuh cinta tidak saling bertemu? Oh, tentu tidak. Rindu sejati
adalah ketika dua insan yang tak saling terhubung tetap mendoakan satu sama
lain dalam diam nya.
Cinta
butuh pengorbanan? Aku rasa tidak. Tidak ada cinta yang meminta korban. Saat
kau merasa berkorban, saat itu pula cinta mu pudar. Cinta yang tulus adalah
memberi dan menerima. Apa ketika memberi kita merasa berkorban? Kalau memang
iya, berarti kamu bukan sedang jatuh cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar