Senin, 10 November 2008

Mengenal lagu kebangsaan kita "INDONESIA RAYA"

coke.jpg

Jagad industri musik komersil tanah air 2-3 tahun terakhir ini boleh saja terkejut oleh band-band / grup grup muda macam; Sheila On 7, Peter Pan, Radja. Kenapa? Sebab grup-grup tersebut mampu menggelembungkan penghasilan; baik bagi produser, label dimana mereka bernaung dan si musisi itu sendiri). Selama kurun waktu itu juga, julukan sebagai ‘Band Sejuta Copy’ tersemat di jidat ke 3 band tersebut. Memang kita melihat upaya maksimal dan kerja keras pihak label untuk menuju kesana; seperti (salah satunya) dengan promosi gila-gilaan. Lihat gak Launcing album baru Peter Pan (Alexandria)??.. Pihak Musica Record selaku label harus perlu menayangkannya secara LIVE dan serentak di 6 stasiun televisi nasional tau’!! Ck.. ck.. ck.. yah.. kau mungkin akan akan merasa kagum, terkejut dsb atau malah biasa-biasa saja tapi tanpa sadar menyenandungkan lagu-lagu milik mereka. Atau juga merasa muak, bosan, senang malah karena kuping kita tiap saat dan dimana tempat digempur lagu Ada Apa Denganmu (Peter Pan), Jujur (Radja). Dimana tempat pokoknya; dalam angkot, di bis kota; saat diamenin pengamen-pengamen, di mall, di stasiun kereta, di tongkrongan gitar-gitaran anak muda ujung gang, di pedagang kaset kaki lima yang suara salonnya bikin sakit kuping, pokoknya benar-benar terkepung!

Selanjutnya aku tidak akan membahas banyak hal tentang grup-grup diatas dalam tulisanku ini. Tidak!. Tapi aku akan membahas (dan coba sedikit meresensi tentang serbuan grup-grup musik perlawanan yang kehadirannya lamat-lamat terdengar tapi nyata mereka ada dan terus menghasilkan karya.

***


Lagu yang diciptakan Wage Rudolf Soepratman ini pertama kali didengarkan pada saat Kongres Pemuda I pada 28 Oktober 1928. Pada saat itu WR Soepratman memainkan lagu ini untuk pertama kalinya dengan menggunakan biola.

Lagu Indonesia Raya ini pertama kali dipublikasikan surat kabar Sin Po. Adapun liriknya:

Indonesia Tanah Airkoe
Tanah Toempah Darahkoe
Disanalah Akoe Berdiri
Djadi Pandoe Iboekoe

Indonesia Kebangsaankoe
Bangsa dan Tanah Airkoe
Marilah Kita Berseroe
Indonesia Bersatoe

Hidoeplah Tanahkoe
Hidoeplah Negrikoe
Bangsakoe Ra'jatkoe Semw'wanja
Bangoenlah Jiwanja
Bangoenlah Badannja
Oentoek Indonesia Raja

Reff:
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Tanahkoe Negrikoe jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka
Hidoeplah Indonesia Raja

Indonesia Tanah jang Moelia
Tanah Kita jang Kaja
Di Sanalah Akoe Berdiri
Oentoek Slama-lamanja
Indonesia Tanah Poesaka
Poesaka Kita Semoeanja
Marilah Kita Mendo'a
Indonesia Bahagia

Soeboerlah Tanahnja
Soeboerlah Djiwanja
Bangsanja Ra'jatnja Sem'wanja
Sadarlah Hatinja
Sadarlah Boedinja
Oentoek Indonesia Raja

Reff:
Indonesia Tanah Jang Soetji
Tanah Kita Jang Sakti
Di Sanalah Akoe Berdiri
'Njaga Iboe Sedjati
Indonesia Tanah Berseri
Tanah Jang Akoe Sajangi
Marilah Kita Berdjandji
Indonesia Abadi

Slamatlah Ra'jatnja
Slamatlah Poetranja
Poelaoenja, Laoetnja, Sem'wanja
Madjoelah Negrinja
Madjoelah Pandoenja
Oentoek Indonesia Raja

Kawan-kawan, ditengah situasi semakin massifnya perampasan hak-hak kesejahteraaan rakyat oleh imperialis lewat perusahaan-perusahaan multi nasionalnya; Exxon, Caltex, British Petroleum, Shell, Rio Tinto, Borken Hill Proprietary Company Ltd, Newmont Mining Corporation, Newcrest Mining Ltd, Inco Ltd, Freeport Mc Moran Copper & Gold Inc. maka semakin akut/parahlah kondisi kesejahteraan rakyat indonesia. Betapa kini ratusan juta rakyat kita harus lahir-tumbuh-besar dalam kondisi miskin; tentu berdampak sekali terhadap kwalitas hidup yang buruk; makanan minim gizi, minim vitamin, gampang sakit, bodoh, tak bisa sekolah tinggi, biaya berobat ke rumah sakit yang mahal; maka kalau jatuh sakit tak tersembuhkan, maka banyak rakyat mati di rumah kontrakannya (seperti pernah dipotret seorang penyair kerakyatan Widji Thukul dalam bait-bait puisinya), atau digeletakkan di bawah jembatan Fly Over seperti kejadian belum lama ini di Jakarta.

Perubahan yang diharapkan-diimpikan oleh rakyat dari pergantian kekuasaan politik lewat pemilu 2004 yang lalu nyatanya hanya impian kosong rakyat dan malah menemukan kekecewaan terhadap kekuasaan Pemerintahan SBY-Kalla. Ternyata kegagahan, kegantengan, simpatik dan kebaikan yang ditampilkan pemerintah tak bisa – tak cukup - tak mampu menyelamatkan ratusan juta rakyat indonesia dari kenistaan hidup karena terus-terusan dijajah kaum imperialis asing. Habis sudah kekayaan alam kita dijarah - dikuasai oleh industri-industri asing yang beroperasi di indonesia. Emas bergunung-gunung di Papua tandas digasak PT Freeport, gas alam di bumi sumatera dikuasai bulat-bulat, kandungan minyak bumi yang ada di blok Cepu pada akhirnya jadi milik Exxon Mobil Oil. BUMN-BUMN kita perlahan tapi pasti semuanya akan bukan jadi milik kita lagi, akan tidak dikuasai oleh negara lagi, tidak akan bisa dimanfaatkan secara murah untuk kepentingan mensejahterakan rakyat banyak. Lalu bagaimana? Terus rakyat harus bagaimana? Dan rakyat harus berbuat apa untuk kondisi seperti sekarang ini? Jawaban akan jalan keluar dari krisis kesejahteraan tentu tidak bisa diserahkan begitu saja kepada elit-elit politik yang ada sekarang. Bagaimana dengan kepada wakil-wakil rakyat yang ada?

Keterbukaan politik seperti sekarang ini dari hasil penjatuhan rezim otoriter Soeharto telah melahirkan banyak gerakan rakyat. Organisasi-organisasi rakyat progressif lahir-tumbuh-jatuh bangun berjuang demi menuntaskan agenda-agenda reformasi yang tertunda-tunda. Buruh, petani, mahasiswa, kaum miskin kota membangun wadah-wadah perjuangannya. Perjuangan sudah tidak bisa lagi dilakukan sendiri-sendiri lagi, perjuangan sudah masuk dalam tahap untuk bersatu membangun kekuatan rakyat yang kuat antar sektor. Bahkan dalam waktu tidak lama lagi akan terwujud dalam satu front gerakan rakyat, nyata dan siap merespon situasi nasional apapun.

Di seni budaya, khusus sektor musik. Serbuan grup-grup musik/komunitas kesenian progressif telah menghasilkan karya-karya yang turut mengiringi, menyemangati perjuangan rakyat lewat lagu-lagu perlawanan/pembebasan. Mereka datang menyeruak pekatnya belantara hegemonik grup-grup populer yang besar dibawah raksasa-raksasa industri musik; Musica, EMI, Sony BMG, Aquarius Music, maka lahirlah Sheila On 7, Radja, Peter Pan, Dewa 19, Samsons, Nidji, ADA Band yang (melulu) ngomong asmara sampe muntah muntah disepanjang album mereka.

Grup-grup musik progressif, walau berada dalam kondisi serba terbatas; minim dalam hal ekonomi, latar belakang pendidikan musik, fasilitas berkesenian dsb, toh tak menyurutkan semangat untuk tetap berkarya - berjuang menyebarluaskan fikiran-fikiran maju. Lyrik-lyirik lagunya menggedor kesadaran minim rakyat tentang adanya penindasan. Tentang adanya penjajahan yang masih terus terjadi di bumi indonesia. Tak luput juga ketidakadilan sosial yang dirasakan rakyat banyak menjadi tema sentral di lagu-lagu mereka. Bernyanyi menyuarakan perlawanan, mencipta mars perjuangan, memberitahu bahayannya militerisme, memperkenalkan musuh-musuh penindas rakyat, bahkan hingga cita-cita sosialisme dikabarkan dengan lagu sebagai jalan keluar menuju kesejahteraaan rakyat yang sejati.

Berikutnya saya akan coba menjentrengkan grup-grup/komunitas seni/individu progressif berikut album karya mereka yang telah ada. (Maaf bila kurang lengkap dan ada yang terlewat, sebab saya masih terus mengumpulkan data). Kita mulai saja dari: Ismail Marzuki (1914-1958).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar